Daging Sapi dan Lemaknya

Contoh tentang penyakit dan obat yang cocok berdasarkan hadis sahih. Sebagai contoh, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan di shahihkan oleh Syaik Albani "وسمنها دواء ولحومها داء". Hadis tersebut menyebutkan bahwa lemak sapi (gajih sapi) adalah obat, sedangkan daging sapi adalah penyakit.

Meski sapi termasuk hewan kurban, hadis ini tidak berarti mengharamkan atau memakruhkan kita untuk makan daging sapi. Maksud dari hadis ini adalah bahwa Allah menciptakan penyakit dan obat. Dalam daging sapi terdapat penyakit, namun penawarnya ada di lemak gajihnya.

Selama ini, kita diajari oleh orang Barat untuk membuang lemak gajih karena dianggap sebagai penyakit. Namun, mengapa kita tidak belajar dari nabi? Lemak gajih adalah obat yang menetralisir penyakit di dagingnya.

Misalnya, ketika kita ingin membuat sop daging sapi, lemaknya seringkali dibuang. Padahal, obatnya ada di lemaknya. Hal yang sama terjadi ketika kita membuat sop iga atau stik daging sapi. Lemaknya dibuang, padahal obatnya ada di lemaknya.

Lemak sapi, ketika dimasak, menghasilkan aroma yang wangi. Ini adalah ciri khas dari sate Maranggi. Mereka biasanya memasukkan lemak sapi ke dalam sate daging. Dalam daging dan lemak sapi, sudah ada keseimbangan antara panas dan dingin. Di dagingnya ada penyakit, dan di lemaknya ada obatnya.

Menurut Ibnu Qayyim, daging sapi bersifat dingin dan kering, sedangkan lemak sapi bersifat panas dan lembab. Jika penyakit dan obat sudah cocok, maka akan menjadi netral dan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.