Allah Yang Memberi Makan Orang Sakit

Menyadari hadis riwayat At-Tirmidzi rahimahullahu ta’ala yang disahihkan oleh Syaikh Albani, ketika Nabi bersabda, ‘Jangan memaksa orang sakit untuk makan dan minum, karena Allahlah yang memberi makan dan minum.’ Para ulama menafsirkan dari hadis ini bahwa orang sakit tidak boleh dipaksa untuk makan dan minum. Ketidaknafsuannya untuk makan, lidah yang pahit, dan demam adalah bagian dari ritme tubuh yang Allah ciptakan untuk orang sakit. 

Namun, ini bukan berarti mereka tidak boleh makan sama sekali. Sebaliknya, makanan harus dijadikan sebagai obat. Misalnya, jika seseorang memiliki penyakit dengan sifat dingin, seperti tipes, dia tetap boleh makan, tetapi makanan tersebut harus dipilih yang bersifat panas. Tidak bijaksana memerintahkan orang yang menderita tipes untuk banyak minum air dingin. Sebaliknya, rendaman timun atau jus semangka yang bersifat dingin sebaiknya dihindari.

Para ulama mengambil konsep pengobatan dari firman Allah ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api. Allah berfirman kepada api, ‘Jadilah kamu dingin.’ Allah tidak hanya berhenti pada dingin, tetapi juga 'dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim' agar tidak meninggal karena kedinginan. 

Jadi, memberikan sesuatu yang bersifat dingin kepada orang yang sedang sakit dingin dapat membahayakan dan bahkan berpotensi menyebabkan komplikasi hingga kematian. Allahlah yang memberi makan dan minum. Cara Allah memberikan makan dan minum adalah dengan mengatur sel darah putih (leukosit) untuk melawan bakteri ketika seseorang sedikit makan. Dengan demikian, darah menjadi lebih encer dan beredar ke seluruh tubuh, membawa oksigen dan nutrisi secara maksimal. Semua ini adalah hikmah yang patut kita renungkan.