Manfaat Menggunakan Pakaian Takwa

Makanya, Nabi bersabda, ‘Setiap amalan ada saatnya semangat, dan setiap semangat ada saatnya futur (malas). Kalau lagi futur, diarahkan kepada sunnahku, dia akan selamat dan sukses. Kalau diarahkan kepada selain sunnahku, dia akan celaka.’ Ada kisah dari seorang Syekh tentang temannya, seorang Prancis, yang sedang futur. Setelah belajar, ia pulang ke negerinya, Prancis. Di sana, teman-teman yang ngaji tidak sebanyak di tempat kita, yang saling mengingatkan. Di Prancis, dia lagi-lagi futur, memakai jubah panjang dan memelihara jenggot.

Di Prancis, ada satu kota di mana jika masuk, tidak boleh memakai pakaian sehelai pun, kata teman kita, Thaha, dari Maghrib yang tinggal di Prancis, di daerah Lyon. Di luar Lyon, ada kota di mana orang-orang Muslim pendatang dari Jazair, Maroko, dan Maghrib banyak tinggal di sini. Namun, di kota tersebut, tidak boleh memakai pakaian sehelai pun. Seorang wartawan yang meliput di sana harus tanpa pakaian. Alhamdulillah, di negeri kita tidak ada hal seperti itu.

Ada seorang Ikhwan yang lagi futur dan ingin ke diskotik. Security-nya bertanya, ‘Mau ngapain kamu ke sini?’ Dia menjawab dengan bahasa Prancis, ‘Aku ingin menikah dengan dua wanita (poligami).’ Ketika mau masuk diskotik, ditanya lagi, ‘Mau ngapain ke dalam?’ Dia menjawab, ‘Mau rehat-rehat, mau senang-senang.’ Security-nya berkata, ‘Kalau kamu mau senang-senang, potong jenggotmu, ganti pakaian putih jubahmu.’ Saat itu, dia sadar, ‘Ya Allah, iya, aku sudah hijrah, tapi ternyata pakaianku saja masih belum pakaian takwa. Ini pakaian dari luar, penampilan istikamah, ternyata mengingatkan diri untuk menjaga diri. Oh ya Allah, Astagfirullah.’ Nah, baru ingat.