Makan Sesuai Kebutuhan

Bayangkan motor kecil diberikan oli untuk moge (motor gede)—yang seharusnya hanya 1 liter malah diisi 2–3 liter. Apa yang terjadi? Bukannya bekerja optimal, malah bisa rusak. Semua ada takarannya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَات يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ كَانَ لا مَحَالَةَ ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ (رواه الترمذي، رقم 2380، وابن ماجه، رقم 3349، وصححه الألباني في صحيح الترمذي، رقم 1939)

“Tidak ada wadah yang dipenuhi anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengkonsumsi beberapa suap makanan untuk menguatkan tulang rusuknya. Kalau memang tidak  ada jalan lain (memakan lebih banyak), maka berikan sepertiga untuk (tempat) makanan, sepertiga untuk (tempat) minuman dan sepertiga untuk (tempat) nafasnya
(HR. Tirmizi, no. 2380, Ibnu Majah, no. 3349, dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab shahih Tirmizi, no. 1939)

Namun, ukuran perut setiap orang berbeda. Pernah suatu ketika Syaikh Al-Albani sedang makan, dan para muridnya bertanya,

"Wahai Syaikh, bukankah Nabi mengajarkan sepertiga untuk makanan? Tapi mengapa Anda makan lebih banyak?"

Beliau menjawab,
"Iya, tapi sepertiga perutku lebih besar daripada sepertiga perut kalian."

Maka, semua ada porsinya. Tidak bisa disamaratakan.