Puasa Tidak Membuat Sakit

Menurut Ibnu Qayyim, puasa termasuk terapi terbaik bagi manusia, terutama bagi mereka yang tubuhnya dipenuhi kelembaban berlebih, penumpukan uap, pengentalan darah, serta plak di usus dan pembuluh darah. Semua ini dapat dibersihkan melalui puasa.

Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan yang meraih Nobel Kedokteran pada tahun 2016, menjelaskan bahwa salah satu manfaat puasa adalah membantu tubuh membuang sel-sel yang rusak, termasuk sel tumor dan kanker. Semakin banyak seseorang makan, semakin besar risiko terkena berbagai penyakit.

Ketika seseorang berpuasa, jumlah leukosit (sel darah putih) meningkat untuk melawan virus dan bakteri dalam tubuh. Selain itu, puasa membantu mengurangi kelembaban berlebih yang menjadi tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Uap-uap yang tertahan dalam tubuh pun dikeluarkan.

Selain itu, puasa juga merangsang proses regenerasi sel. Sel-sel tua yang telah rusak akan digantikan dengan sel baru, sehingga menjadi resep alami untuk awet muda. Namun, keseimbangan tetap penting. Jika puasa dilakukan secara ekstrem dan terlalu sering, justru bisa mempercepat penuaan. Sebaliknya, jika seseorang tidak pernah berpuasa, ia juga berisiko menua lebih cepat akibat menumpuknya zat-zat berbahaya dalam tubuh.